Liburan Seru! Petra di Negara Yordania, Wisata Peradaban yang Hilang

Petra di Negara Yordania telah menjadi situs warisan dunia yang ditetapkan Unesco sebagai New World 7 Wonders. Sempat menjadi pusat kerajaan Arab pada zaman Yunani Helenistik dan Romawi Bizantium.

Keindahannya di pagi hari ketika sinar matahari menyinari batuan pasir berwarna kemerahan, dari situlah sebutan Rose City atau Kota Mawar ada. Menjadi keajaiban dunia karena nilai sejarahnya tidak terhingga.

Petra di Negara Yordania Masa Lalu dan Sekarang

Kota Mawar atau Petra di Negara Yordania sebagai warisan budaya dan 7 keajaiban dunia menjadi destinasi wisata wajib jika berkunjung ke Timur Tengah.

Petra, biasa disebut dengan The Lost City, Rose City, atau Kota Mawar. Mulai dikenal dunia ketika masuk dalam jajaran 7 Keajaiban Dunia pada tahun 2007. Simak fakta unik berikut ini.

1. Sejarah The Lost City

The Lost City mengalami perkembangan pesat sebagai pusat perdagangan antara tahun 400 hingga 160 sebelum Masehi. Menjadi ibu kota kerajaan Nabatean, menghubungkan perdagangan jazirah Arab, Eropa, hingga Asia.

Tempat ini merupakan tempat dimana masyarakat Nabath bermukim sejak 312 sebelum Masehi. Diperkirakan sudah ada jauh sebelum kekaisaran Romawi berdiri. Kehidupan peradaban Nabath sudah terbilang maju saat itu.

Bahkan sudah ada system irigasi serta teknologi transportasi yang hingga saat ini masih bisa berfungsi dengan baik. Petra dihuni sekitar 20 ribu jiwa pada keemasan kerajaan Nabath.

The Lost City merupakan kota strategis pada masanya, karena dilewati caravan unta hingga menjadi jalur perdagangan tekstil dan rempah. Hal ini karena letaknya berada di antara Arab Selatan menuju Mesir.

Di jalur ini kaum Nabatean terlibat aktif dalam perdagangan, bahkan juga menarik pajak dari caravan unta yang melintas. Sayangnya kejayaan Petra memudar ketika pemerintahan Bizantium berkuasa.

Berdasarkan sejarah, 500 tahun setelah pembangunan Petra di Negara Yordania sebagai kota perdagangan atau sekitar abad 4 Masehi, orang-orang Kristen Bizantium mulai berdatangan. Tidak butuh waktu lama untuk Kristen menyebar.

Disebutkan oleh Bapa Gereja Awal, Athanasius Agung dalam tulisannya, bahwa saat itu terdapat Uskup Agung bernama Asterius. Sempat ditemukan juga bukti Gereja dari bekas makam.

Hingga pada 100 Masehi, The Lost City jatuh ke tangan Roma, menjadi terbengkalai selama beberapa waktu. Kabar mengatakan bahwa terdapat gempa besar yang mengakibatkan kota batu ini hilang.

Romawi datang dan menyerang kawasan ini. Karena kalah, kemudian menjadikan Petra di Negara Yordania sebagai salah satu Provinsi Romawi di Kawasan Timur Tengah dengan berbagai dinamika naik turunnya.

Daripada kemajuan, Kota Mawar lebih banyak mengalami kemunduran. Mulai dari gempa bumi thun 551 Masehi, hingga invasi Islam sekitar 600 Masehi. Sampai pada nama Kota Mawar tidak terdengar lagi.

Pada tahun 1812, penjelajah Johann Ludwig Burckhardt asal Swiss mengunjungi sebuah kota hilang bersama seorang pemandu. Burckhardt kemudian membuat sketsa dan catatan mengenai kota hilang di Wadi Musa.

2. Penggalian Kembali Petra di Negara Yordania

Demi memperoleh informasi lengkap mengenai situs bersejarah ini, dilakukan penggalian pada tahun 1985 setelah ditemukan oleh Johann Ludwig Burckhardt. Dari penggalian ditemukan beberapa objek bernilai tinggi.

Ditemukan makam besar atau Kazhnah hingga altar pemujaan (The High Place of Sacrifice). Selain objek tersebut, ditemukan informasi tentang system irigasi yang terdiri dari waduk, bendungan, saluran, hingga pipa keramik.

Penggalian kedua dilaksanakan pada 1993. Hasil dari penggalian kedua adalah ditemukan beberapa kuil yang menambah pengetahuan tentang perkembangan politik, agama, serta social budaya Petra saat itu.

Reruntuhan kota kuno menyimpan segala keunikan yang mustahil dibuat kembali pada zaman modern. Kota ini tetap unik, tidak lekang oleh waktu, meskipun menyimpan hasil budaya zaman paleolitikum hingga neolitikum.

Petra di Negara Yordania memiliki warna alami yang menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Ketika berkunjung, wisatawan bisa melihat pos penjagaan berlambang salib sebagai saksi bisu Perang Salib.

Hingga pada akhirnya ditetapkan sebagai Warisan Dunia Unesco tahun 1985. Berdasarkan catatan 7 Keajaiban Dunia Baru, Unesco menetapkan situs ini sebagai salah satu warisan budaya peradaban manusia.

3. The Lost City Masa Kini

Pemerintah Yordania pernah menutup situs Petra pada tahun 2003. Tidak ada satupun pengunjung bisa masuk ke kawasan ini termasuk The Treasury. Alasannya adalah pernah rusak karena vandalisme masyarakat setempat.

Saat ini jutaan wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang langsung tiap tahun untuk menyaksikan keindahan dan kemegahan Petra di Negara Yordania. Waktu terbaik untung datang adalah pagi hari.

Jika datang pada pagi hari, wisatawan bisa melihat The Treasury sebagai ikon Petra, terkenal dengan rona merah yang timbul ketika terkena sinar matahari. The Treasury memiliki tinggi 43 meter.

The Treasury dibangun oleh Suku Nabatean sebagai makam Raja Nabatean pada abad pertama Masehi. Indah, megah, kokoh, begitulah kata-kata yang dapat menggambarkan bagaimana rasanya memandang The Treasury secara langsung.

Situs bersejarah Petra jelas sangat direkomendasikan sebagai salah satu destinasi wisata yang tidak boleh terlewat ketika berkunjung ke Timur Tengah. Petra di Negara Yordania tidak memudar keindahannya.