Rencana resolusi gencatan senjata Gaza yang dikeluarkan oleh PBB sepertinya tidak berjalan lancar. Terutama karena Israel tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Apalagi sudah semakin menggula dengan meluaskan operasi militernya.
Pastinya berpeluang untuk meningkatkannya sebagai bencana lebih besari bagi warga Palestina. Bahkan sebelumnya terdapat pemadangan komunikasi total. Wajar apabila kemudian terputus dari satu sama lain maupun dunia internasional.
Kepanikan yang terjadi di Gaza disebabkan oleh intensifnya bom dari Israel. Kelompok bantuan internasional PBB bahkan tidak mampu menjangkau area tersebut. Ide resolusi menghentikan perang sementara juga ditolak.
Perang Antara Israel dan Hamas Masih Berlanjut

Besarnya perang yang terjadi antara Israel dan Palestina tentunya mampu mengguncang dunia. Resolusi tersebut sebenarnya menjadi bentuk kutukan pada serangan sipil terhadap masyarakat. Baik dari sisi Palestina maupun Israel.
Rencana gencatan senjata Gaza dibutuhkan supaya menghindari masalah lebih lanjut. Tentu perlu menghentikan tindakan teror maupun serangan tanpa pandang bulu. Bahkan harus menghentikan provokasi, penghancuran maupun penghasutan.
Sebenarnya keluarnya resolusi semakin penting karena berisi tuntutan semua pihak memenuhi kewajibannya. Hal ini berdasarkan dari hukum internasional. Tentu penting pencegahan destabilisasi dan mengurangi tingkat kekerasan.
Masalah konflik yang terjadi di Gaza telah dimulai sejak 7 oktober. Awalnya yakni Hamas melakukan operasi Banjir Al-Aqsa sebagai suatu serangan mendadak. Isinya berupa serangan roket dan infiltasi menuju Israel.
Serangan tersebut juga dilakukan baik melalui jalur laur, udara maupun darat. Hamas memberikan pernyataan kalau serangan ini menjadi balasan penyerbuan Masjid Al-Aqsa. Sebelumnya membuat kekerasan meningkat pada warga Gaza.
Sebelum ide resolusi gencatan senjata Gaza, Israel kemudian memberikan serangan balasan kembali. Pengeboman yang dilakukan tanpa henti menyerang Jalur Gaza. Tujuannya tidak lain untuk melumpuhkan seluruh pasukan Gaza.
Israel memberikan serangan darat menuju Gaza yang disertai peringatan. Tapi sangat buruk karena total 8.800 orang tewas. Menurut data tersebut, 7.326 di antaranya warga Palestina dan hanya 1.400 orang Israel.
Resolusi Gencatan Senjata Gaza dari PBB Mendapatkan Penolakan

Penyebutan gencatan senjata Gaza sebagai hal tercela dilakukan oleh Menlu Israel Eli Cohen. Majelis Umum PBB memberikan tuntutan untuk kemanusiaan. Faktanya sama sekali tidak mendapatkan feedback positif dari Israel.
Sudah Majelis Umum PBB sebelumnya telah dilakukan pada hari Jumat kemarin. Kemudian keluar persetujuan berdasarkan voting mengenai resolusi menghentikan penggunaan senjata. Bahkan sifatnya adalah tahan lama atau berkelanjutan.
Pihak Israel menolak dengan keras keputusan dan ide tersebut. Bahkan telah menuliskannya secara resmi pada media sosial seperti X atau dulunya Twitter. Tentu mendapatkan pro kontra terutama dari masyarakat dunia.
Belum lagi menyebutkan Israel memiliki misi supaya Hamas menjadi lenyap. Bahkan menyamakan dengan Nazi maupun ISIS yang membahayakan bagi dunia. Tidak heran jika memunculkan juga kemarahan dari warga seluruh dunia.
Kebutuhan terhadap gencatan senjata Gaza sebenarnya semakin besar. Tidak lain setelah meluaskan serangan udara maupun darat pada Jalur Gaza. Bahkan telah dilakukan tanpa henti dan membuat pejuang Palestina Hamas kesulitan.
Resolusi ini diajukan oleh 50 negara berbeda. Mulai dari Palestina, Arab Saudi, Yordania, Mesir, Turki hingga Uni Emirat Arab. Persetujuan dari pemungutan 120 suara, di mana ada 45 negara abstain.
Hal ini ternyata mengadopsi berdasarkan pertemuan sesi khusus darurat ke sepuluh. Tentu mengenai situasi yang terjadi dalam wilayah Palestina. Resolusi ini punya maksud baik sebagai bentuk keprihatinan dan eskalasi kekerasan.
Pejabat Senior Israel Menganggap Gencatan Senjata Maksudnya Buruk

Keinginan terdapatnya gencatan senjata Gaza kebanyakan direncanakan oleh negara-negara arab. Persetujuan telah dilakukan sebanyak 120 di antaranya. Tapi 45 negara memutuskan abstain dan 14 negara lainnya tidak menyetujui.
Beberapa negara yang tidak memberikan persetujuan tidak lain Israel hingga Amerika Serikat. Sebelunya pemungutan suara memang mengalami kegagalan sampai 4 kali. Bahkan telah dilakukan dua minggu terakhir pada Dewan Keamanan.
Tindakan ini penting tapi menurut Israel akan sangat merugikan negaranya. Belum lagi disebutkan sebagai suatu penghinaan sehingga kemudian menolaknya. Masyarakat internasional tentu semakin resah dengan kondisi tersebut.
Khususnya karena gencatan senjata Gaza sebenarnya bisa membantu 2,3 warga yang terkepung. Memburuknya keadaan tersebut semakin berisiko karena serangan udara sangat hebat. Bahkan disebutkan sebagai yang terbesar dilakukan Israel.
Negara tersebut begitu menentang adanya jeda kemanusiaan dalam perang tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negerinya juga memberikan banyak faktor alasan tersebut. Khususnya yang membuat kerugian dalam perang tersebut.
Selain itu seorang pejabat senior Israel juga memberikan pernyataan yang serupa. Apalagi disebutkan kalau sampai perang terhenti, telah terdapat itikad sangat buruk. Wajar apabila terdapat ketakutan masalah yang lebih besar.
Berbanding terbalik dengan pihak Hamas yang sangat menyambut baik resolusi tersebut. Khususnya karena Majelis Umum PBB menyerukan adanya penghentian perang tersebut. Pastinya penting bagi kemanusiaan bagi warga Palestina.
Apabila tidak segera dihentikan, kemungkinan besar serangan Israel akan terus berlangsung. Bahkan tidak menutup kemungkinan lebih besar dari sebelumnya. Jadi, resolusi gencatan senjata Gaza berpotensi akan terus diminta.