Pembantaian Rawagede di Karawang hanya salah satu dari banyaknya tragedy kelam di Indonesia. Meski demikian masih sedikit orang yang mengenal peristiwa tragis tersebut. Masih banyak generasi Indonesia yang belum mengetahui sejarah ini secara mendalam.
Masih sangat hangat di peristiwa mencekam tersebut bagi para keluarga korban. Apalagi bagi para saksi kunci ketika menyaksikan tragedy tersebut secara langsung. Oleh sebab itu, silahkan Anda melihat lebih jauh bagaimana kronologi hingga sejarahnya secara lengkap.
Pembantaian Rawagede di Karawang 9 Desember 1947
Indonesia memiliki banyak sekali sejarah kelam dari masa ke masa. Terutama pada tahun sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Banyak orang menyebutnya sebagai sebuah perjuangan dan pengorbanan dari para pendahulu pada jaman tersebut.
Meski demikian banyak juga peristiwa bersejarah dengan banyak korban jiwa. Salah satu peristiwa paling berdarah pada sejarah Indonesia bisa terlihat dari kekejaman penjajah. Seperti Anda ketahui dulunya negara ini menarik banyak perhatian negara asing.
Salah satu kasus berdarah tersebut adalah pembantaian Rawagede di Karawang. Kasus ini terjadi pada tanggal 9 Desember 1947 di mana kala itu negara sudah merdeka. Meski demikian tidak menutup kemungkinan masih ada usaha negara lain untuk mencoba menguasai kembali.
Peristiwa yang hanya berlangsung dalam hitungan jam tersebut merenggut banyak jiwa. Hanya dalam hitungan jam telah gugur 431 orang secara langsung oleh militer Belanda.
Selepas Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 tentunya tidak membuat perjuangan berhenti begitu saja. Mengingat selanjutnya tentara sekutu datang bersama militer Belanda. Hal itu menyebabkan adanya upaya guna mempertahankan kemerdekaan.
Berikutnya pada tahun 1947 Belanda kembali melakukan penguasaan wilayah Jawa Barat. Meski demikian perjuangan kemerdekaan juga sampai pada daerah-daerah.
Meskipun kalah dari segi senjata namun taktik gerilya menjadi salah satu andalan masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah perang gerilya dalam pengawasan kapten Lukas Kustaryo. Namun sayangnya terdapat mata-mata yang melaporkan persembunyiannya di Rawagede.
Hingga berikutnya Alphonse Jean Henri Wijnen seorang Mayor militer Belanda menyiapkan strategi perang lanjutan. Tujuannya adalah “meratakan” daerah Rawagede sebagai sebuah upaya pembuktian kepada daerah lain agar tidak menyembunyikan pejuang Republik.
Pembantaian Rawagede di Karawang Saksi Kejamnya Belanda
Kala itu seorang Lurah Rawagede bernama Saukimin mencium bau mata-mata Belanda. Hingga ketika hujan deras di tanggal 8 Desember 1947 Lurah Rawagede memberikan informasi kepada Markas Gabungan Pejuang agar segera pergi meninggalkan desa.
Cuaca buruk pada malam harinya menjadi salah satu alasan banyaknya pejuang sulit melakukan evakuasi. Sayangnya berada dalam cuaca buruk tersebut justru membuat Belanda menyerang dari pukul 4 tanggal 9 Desember 1947.
Saksi menyebutkan pembantaian Rawagede di Karawang dilakukan oleh 300-an tentara Belanda. Meski sudah mengetahui tidak adanya Kustaryo kapten tentara Republik, alih-alih pergi Belanda justru menghabisi seluruh desa.
Dari peristiwa ini sebanyak 431 warga meninggal terdiri atas laki-laki dewasa dan remaja belasan tahun. Peristiwa Rawagede juga menjadi salah satu bukti nyata dari kejamnya pemerintah Belanda.
Kasus ini merupakan pembantaian sadis, yang penduduk Kampung Rawagede alami secara langsung. Daerah tersebut sekarang bernama Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang. Agresi militer Belanda ini membuat banyak orang kehilangan anggota keluarganya.
Saksi mata menyebut bahwa pembunuhan penduduk di setiap daerah di Indonesia oleh Belanda tanpa ada alasan jelas. Meskipun tidak terdapat tentara Republik namun penjajah selalu menghabisi setiap desa yang dilewatinya.
Pembunuhan ini juga membuktikan kekejaman Belanda. Bahkan atas peristiwa ini menjadi salah satu inspirasi sajak dari Chairil Anwar dengan judul Antara Karawang dan Bekasi.
Dari sini bisa Anda ketahui bahwa ada beberapa pasukan yang ikut dalam operasi pembantaian. Di antaranya adalah Detasemen 3-9 RI, 12 Genie veld compagnie dan pasukan para 1e compagnie.
Pasukan tersebut bertujuan untuk memburu Kapten Lukas Kustaryo seorang komandan kopi Siliwangi. Namun sayangnya setelah berhasil melarikan diri justru desa tempatnya bersembunyi mengalami pembantaian tragis.
Pembantaian Rawagede di Karawang Penyelesaian di 2011
Pemimpin pasukan kala itu memerintahkan para tentara, untuk menembak mati semua penduduk laki-laki. Di dalamnya juga termasuk remaja berusia belasan tahun.
Meski ada beberapa warga berhasil melarikan diri ke hutan, namun tidak banyak warga berhasil selamat. Saih salah seorang saksi hidup yang sekarang berusia 83 tahun menjelaskan bahwa banyak penduduk laki-laki harus berdiri berjejer.
Kala itu tentara Belanda menembak semua orang hingga mati. Namun Saih berhasil melarikan diri karena berpura-pura mati setelah mendapatkan tembakan meleset di tangan.
Pembantaian Rawagede di Karawang sempat tidak mendapatkan pengadilan setempat. Seperti halnya peristiwa di Sulawesi Selatan sudah jelas bahwa tragedy ini merupakan kejahatan perang. Bahkan hanya sedikit warga tersisa dari tragedi 9 Desember 1947 itu.
Pada akhirnya setelah lama tidak ada kejelasan di tanggal 14 September 2011 korban mendapatkan titik terang. Pengadilan Den Haag memutuskan kemenangan kepada para korban atas pembantaian sadis itu.
Pihak Pengadilan menyebut bahwa Belanda salah atas peristiwa di Indonesia. Tuntutan ini berasal dari KNPMBI atau Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia bersama-sama dengan keluarga korban.
Berikutnya sebagai bentuk penebusan dosa tersebut kemudian Duta Besar Belanda Tjeerd de Zwaan mewakili negara guna meminta maaf. Pemerintah juga menjalankan perintah Pengadilan, untuk memberikan kompensasi 20 ribu euro kepada janda korban pembantaian.
Meski demikian tidak semua tuntutan Indonesia terpenuhi. Mengingat hanya 6 orang anggota keluar mendapatkan kompensasi penyelesaian. Pihaknya adalah Wanti Sariman, Cawi, Bijey, Taslem, Ener dan Ita.
Sedangkan Mayor Alphonse Jean Henri Wijnen pelaku utama tetap menyandang status terhormat di negaranya. Meski demikian banyak pihak membuat buku mengenai fakta terjadinya pembantaian Rawagede di Karawang.